Yth. Bapak
H. Ir. Joko Widodo
Presiden
Republik Indonesia
di Jakarta

Bapak Presiden yang kami hormati,
Perkenankan saya Margianta Surahman, selaku Juru Bicara Gerakan Muda FCTC*), mewakili ribuan pemuda bangsa dari berbagai kota di Indonesia, menyampaikan salam hormat kami, dan mendoakan Bapak Joko Widodo senantiasa sehat dan bersemangat dalam menjalankan mandat dari rakyat.

Bapak Presiden, izinkan saya menyampaikan pesan genting untuk bangsa ini. Indonesia sudah darurat rokok, Pak. Menurut Soewarta Kosen, peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, setiap hari 668 orang meninggal karena rokok.Angka ini jauh lebih besar dari jumlah korban meninggal akibat narkoba, yakni 68 orang per hari. Dapat Bapak bayangkan, dari jumlah 668 tersebut, berapa banyak pemuda bangsa yang menjadi korban. Berapa banyak sudah anak-anak merokok di sudut jalan tempat Bapak blusukan dulu. Atau dekat lampu merah depan Istana Negara, yang hampir tiap hari Bapak lalui.

Setiap hari, pemuda bangsa yang terperangkap adiksi rokok terus meningkat. Data Riskesdas 1995-2013 menunjukkan perokok muda usia 10 - 14 tahun meningkat 12 kali lipat selama 19 tahun terakhir. Bahkan 30% anak Indonesia sudah merokok sebelum usia 10 tahun. Dan ada 75 % anak muda mulai merokok sebelum usia 19 tahun.

Bapak Presiden, kami gelisah. Pemuda bangsa sudah terkepung rokok yang harganya sangat murah dan penjualannya sangat masif. Di jalanan hingga sekolah, rokok selalu mengintai kami. Saat kami mengapresiasi seniman atau atlet dambaan negeri, bahkan saat menonton TV, rokok mengintai kami. Menjerumuskan kami dalam adiksi, dan membujuk kami untuk bertoleransi denganbahaya rokok. Padahal, bukan toleransi seperti ini yang ingin kami dukung, Pak.

Bapak Presiden,kami sadar bahwa ini adalah tanggungjawab bersama. Surat ini ada sebagai penanda bahwa Bapak tidak sendirian. Ribuan pemuda dari berbagai daerah berbaris di belakang Bapak dan mendukung Bapak untuk terus berkomitmen menyelamatkan masa depan bangsa.

Kami menginginkan generasi muda Indonesia di masa depan yang bebas rokok, produktif, beradab, dan bertanggungjawab. Sehingga, kami sungguh sangat khawatir dengan nasib bangsa ini bila melihat kondisi pemuda sekarang yang sudah tercekik adiksi rokok. Mengingat pemuda adalah manusia produktif yang kelak akan menjadi tulang punggung bangsa ini.

Kami mengetahui, di berbagai pelosok nusantara ini banyak pemuda bermimpi menjadi presiden seperti Bapak. Sayang sekali bila semua visi, misi, dan kontribusi mereka kandas sebelum waktunya. Bonus Demografi tahun 2045 hanya akan menjadi mimpi, jika sebagian besar pemuda kita menjadi pesakitan karena rokok.

Layaknya sebuah mobil, dukungan kami sebagai bahan bakar, dan Bapak Presiden sebagai pengemudi. Serta, para pemuda bangsa menjadi penumpang, yang akan Bapak pandu dalam perjalanan mencapai tujuan akhir yang gemilang di masa depan. Betapa akan sangat sulit dan terjal perjalanan bila kabut asap rokok menghalangi di kanan kiri.

Belakangan ini, kabut asap roko paling hitam yang menghalangi perjalanan menuju masa depan bangsa yang gemilang adalah RUU Pertembakauan. RUU yang memberikan jalan bagi produksi rokok yang lebih masif ini, tidak hanya menghalangi upaya Bapak menepati Nawacita, tetapi juga menghalau pembangunan berkelanjutan Indonesia untuk menghadapi Bonus Demografi pada 2045.

Bapak Presiden, kami Pemuda Indonesia, tidak mau menyandarkan masa depan bangsa pada rokok. RUU Pertembakauan -- yang dinilai muncul karena tingginya cukai rokok – bukanlah kemajuan yang ingin kami dukung. Kami paham, cukai adalah instrumen pengendali bahaya rokok, bukan sumber pembangunan bangsa. Kami percaya masih banyak jalan lain yang untuk menuju masa depan bangsa yang cerah. Dan bukan jalan yang mengorbankan pemuda bangsa ke dalam jurang adiksi rokok.

Keputusan Bapak Presiden untuk menolak RUU Pertembakauan merupakan sebuah angin segar yang menjawab kegelisahan kami. Atas keputusan Bapak tersebut, kami, mewakili ribuan pemuda dari berbagai daerah, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya pada Bapak.

Tidak pernah ada waktu yang terlambat untuk berada di sisi sejarah yang tepat. Karena itu, melalui Surat Terbuka ini, kami menyampaikan untuk terus mendukung Bapak Presiden menyelamatkan masa depan generasi muda dari kabut asap rokok. Kami berharap, kelak sejarah mencatat Bapak sebagai Presiden Indonesia pertama yang tidak hanya menolak RUU Pertembakauan, tetapi juga mengaksesi Kerangka Kerja Konvensi PengendalianTembakau(FCTC), sebagai komitmen penuh menyelamatkan generasi muda yang menjadi masa depan bangsa Indonesia.

Demikianlah surat terbuka ini kami sampaikan untuk menjadi perhatian.

 

Jakarta, 17 Maret 2017
Atas nama Gerakan Muda FCTC

MargiantaSurahmanJuhandaDinata