"Hai, temanku perokok aktif di luar sana."

Kamu berhak merokok di sekitar kami sesukamu. Tentu adil rasanya jika aku juga berhak untuk menulis apa yang kurasakan. Menyampaikan apa yang sebenarnya mengendap di dalam dada. Lama. Karena jujur, aku takut bikin kalian marah.

Kami mungkin tak perlu menanyakan kabar, karena kami tahu bahwa kamu masih memiliki kesehatan yang baik untuk terus menghisap rokok.

Bagaimana? Masih tetap merokok dengan dalih membangun inspirasi? Masih tetap merokok untuk membuang penat sehabis bekerja? Masih tetap merokok setiap waktu, seakan waktu adalah milikmu? Seakan ruang di dunia hanya milikmu?

Kami bukan siapa-siapa, kamu mungkin tidak memikirkan kami. Kami juga sebenarnya perokok. Perokok yang menghisap lebih banyak asap dari kalian, perokok yang resikonya lebih tinggi dari kalian. Ya, kami adalah perokok pasif.

"Pernahkah kamu tahu keberadaan kami?"

Kami adalah orang yang kebetulan dalam satu ruang denganmu. Kami adalah penikmat anugerah Tuhan, yaitu udara bersih. Namun lantas kau cemari dengan asap beracun itu. Kami juga adalah penghuni suatu tempat yang sudah nyaman untuk kami. Yang kemudian kamu cemarkan kembali ruangan kami dengan rokokmu.

Apa yang sebenarnya kamu pikirkan, saat kamu mengeluarkan asap pembunuh dari mulutmu?

Pernahkah kamu berpikir kamu adalah korban dari keserakahan dan kekejian korporasi? Pernahkah kamu berpikir bahwa generasi di bawah kita melihatmu merokok dan ingin mencontohmu? Pernahkan kamu berpikir bahwa anak kecil yang terlahir cacat disebabkan oleh ibunya yang kebanyakan menghirup asap rokok? Pernahkah kamu berpikir ada sebagian besar dari kami yang sudah meninggal karena kamu secara langsung berkontribusi untuk membunuhnya?

Di manakah kamu gerangan saat ada 600.000 orang di dunia per tahun terbunuh karena menjadi perokok pasif? Di manakah kamu gerangan saat ada 165.000 anak-anak termasuk dalam angka kematian tersebut? Aku kadang bertanya-tanya.

Saat di fasilitas umum, kamu menyalakan rokok tanpa peduli orang-orang sekitar. Padahal mungkin kamu sudah tahu mereka akan jadi korban selanjutnya. Apakah kau tak sadar?

Kami tidak meminta kamu untuk menghitung berapa uang yang kamu habiskan untuk merokok. Tidak. Toh itu bukan urusanku.

Kami hanya ingin kamu menghargai hak kami yang bukan perokok. Seperti kami menghargai kamu yang bahkan memberikan ruang tersendiri untuk merokok. Kami peduli dengan diri kami. Dan kami peduli dengan generasi mendatang.

Kami tidak meminta kamu untuk mengasihani kami. Tidak. Kami tahu bertahun-tahun kamu merokok di tempat umum. Kami hanya ingin kamu mawas diri. Kami hanya ingin kamu mengerti bahwa moral berada di atas nafsu diri. Kami tak perlu belas kasihan. Kami hanya ingin kebersamaan sosial.

Berhentilah melakukan pembenaran. Kamu tentu sudah paham apa akibat dari merokok.

Tak usah kamu berikan kami alasan dengan merokok atau tidak merokok sudah pasti mati. Yang kamu pertanggungjawabkan bukan hanya kematian. Namun juga kesadaran sosial yang harusnya lebih kamu perhatikan.

Kami tahu bahwa manusia tidak sempurna. Kami tahu berhenti merokok itu susah. Kami tidak memintamu untuk melakukan itu semua. Kami hanya ingin kamu menjadi sahabat manusia. Yang sama-sama memelihara kehidupan untuk lebih sehat.

Manusia pada kodratnya harus membantu sesama, harus menghargai hak masing-masing, harus memiliki rasa pengertian.

Matikan dan peduli!

 

Sumber