JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) siang ini merilis data mengenai garis kemiskinan di Indonesia. Menurut catat BPS, angka kemiskinan per Maret 2016 tercatat sebesar 28,01 juta atau sebesar 10,86 persen dari total penduduk Indonesia.
Angka kemiskinan ini turun 0,27 persen dibandingkan periode September 2015 yang mencapai 28,51 juta jiwa atau sebesar 11,22 persen dari total penduduk Indonesia.
Menurut Kepala BPS Suryamin, penyebab utama kemiskinan pada sektor konsumsi adalah volatilitas harga beras. Naik turunnya harga beras akibat musim kemarau pada tahun lalu turut menjadi penyebab tidak stabilnya harga beras.
Selanjutnya, tingginya angka kemiskinan di Indonesia juga disebabkan oleh tingginya konsumsi rokok oleh masyarakat. Pasalnya, rokok justru sebagian besar dikonsumsi oleh masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.
"Untuk yang tidak memiliki kalori yang tertinggi adalah rokok. Kontribusi tertinggi terdapat di perkotaan," jelas Suryamin di Gedung BPS, Jakarta, Senin (18/7/2016).
Mengutip pernyataan Suryamin, berikut adalah konstribusi pada sektor konsumsi terhadap sektor kemiskinan di Indonesia:
1. Beras
Andil di Perkotaan: 21,55 persen
Andil di Pedesaan: 29,54 persen
2. Rokok Kretek Filter
Andil di Perkotaan: 9,08 persen
Andil di Pedesaan: 7,96 persen