DEWASA ini harus diakui kebebasan merokok telah lama dikenal oleh penduduk bumi. Pada tahun pertama Masehi, penduduk Benua Amerika sudah mulai mengisap tembakau. Dalam sejarah, suku bangsa Indian tercatat sebagai kelompok pertama yang menggunakan daun tembakau sebagai bahan isap, yang selanjutnya dikenal sebagai rokok.

Semula, bangsa Indian mengisap rokok untuk berbagai keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh dan untuk praktik-praktik pengobatan. Kebiasaan merokok ahkhirnya dibawa pulang ke Benua Eropa oleh para penjelajah Portugal dan Spanyol.

Bangsa Eropa merokok demi mencari kenikmatan dan kesenangan. Selain itu, masyarakat Eropa juga percaya bahwa rokok dapat mengobati hampir semua masalah kesehatan. Pada abad ke 17 kebiasaan merokok akhirnya mendunia dengan diperkenalkannya rokok ke Benua Afrika dan Asia , termasuk Indonesia, oleh para pedagang dari Spanyol.

Merokok yang semula dianggap bermanfaat bagi berbagai masalah kesehatan, lama kelamaan diketahui ternyata membahayakan kesehatan si perokok dan orang yang berada di sekitarnya. Dampak negatif asap rokok terhadap kesehatan tubuh manusia sebenarnya sudah diketahui sejak lama.

Pada tahun 600, filsuf China, Fang Yizhi, untuk pertama kalinya menyatakan bahwa kebiasaan merokok dalam jangka panjang dapat merusak paru-paru. Perkembangan ilmu kesehatan modern ternyata juga menemukan kenyataan lain tentang tembakau dan merokok.

Studi pertama tentang dampak merokok dilakukan oleh Jhon Hill pada 1761. Tahun 1950 diterbitkan dua publikasi utama tentang hasil penelitian dampak merokok bagi kesehatan. Sekitar tahun 1960-an, kerugian kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok mulai mendapat perhatian ketika terbukti secara ilmiah bahwa asap rokok berdampak buruk terhadap lingkungan, Pada 1981 dilakukan penelitian menyeluruh oleh Hirayama di Jepang tentang dampak yang dialami perokok pasif.

Selanjutnya, lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan bahwa mengonsumsi tembakau dan paparan oleh asap tembakau berbahaya bagi kesehatan. Hasil berbagai penelitian tersebut dinilai sangat akurat, karena melibatkan sampel dalam jumlah yang besar.

Penelitian Doll dan Hill yang dilanjutkan Doll dan Petro menyimpulkan bahwa kebiasaan merokok berhubungan sekitar 25 jenis penyakit dalam tubuh manusia. Penyakit yang paling umum menyerang para perokok adalah masalah kardiovaskuler, serangan jantung, nyeri dada, peningkatan risiko asma, kanker paru, kanker mulut dan organ lain, penyakit saluran pernapasan kronik, serta kelainan kehamilan.

Menurut para peneliti, berbagai zat yang terkandung dalam asap rokok dapat menyerang sistem kekebalan dan membuat manusia rentan terhadap infeksi. Ada kemungkinan bahwa perokok tidak hanya menderita salah satu, melainkan berbagai jenis penyakit secara bersamaan.

Berbagai kajian dan temuan ilmiah mengenai dampak negatif tembakau terhadap kesehatan para perokok aktif dan pasif, telah diperluas dengan temuan mengenai dampak merugikan merokok terhadap kehidupan sosial-ekonomi. Menurut WHO, seorang dapat menghabiskan sekitar seperempat dari total penghasilannya untuk rokok.

Di Indonesia yang jumlah perokoknya menempati peringkat ke 5 di dunia, jumlah uang yang dibelanjakan untuk rokok mencapai 2,5 kali lipat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan, dan mencapai 3,2 kali lipat dibandingkan biaya untuk kesehatan.

Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk rokok sebesar empat persen dari total pendapatan per kapita. Untuk masyarakat dengan pendapatan rendah, biaya untuk rokok naik rata-rata sekitar 227 persen. Sedang pada masyarakat yang berpendapatan menengah, biaya rokok naik rata-rata hampir mencapai 100 persen. Sementara itu, biaya rokok pada masyarakat berpenghasilan tinggi mengalami penurunan rata-rata sekitar 12 persen.

Aspek kesehatan lain yang berkaitan dengan rokok adalah penurunan produktivitas, karena sakit atau percepatan kematian. Di negara-negara yang sudah mengambil langkah-langkah preventif terhadap bahaya tembakau, angka kematian akibat racun tembakau diketahui menurun.

Namun, di beberapa negara sedang berkembang, di mana jumlah perokoknya terus menunjukkan peningkatan, angka kematian akibat racun tembakau terdeteksi meningkat. Jumlah korban jiwa akibat rokok ternyata melebihi jumlah orang meninggal karena HIV/AIDS, tuberkulosis paru, malaria, bencana alam, kebakaran, ditambah korban perang Irak-Afghanistan, perang saudara di Benua Afrika. Kemudian, ditambah lagi seluruh korban narkoba, minuman keras, keracunan makanan dan seluruh korban kecelakaan lalu lintas darat, laut dan udara.

Badan Kesehatan Dunia memperkirakan, tanpa adanya tindakan yang nyata dari penduduk bumi untuk memerangi konsumsi tembakau, satu miliar orang akan meninggal sebagai akibat langsung dari asap rokok pada abad ke-21 ini. Rata-rata kehilangan usia harapan hidup di antara para perokok adalah delapan tahun. Setengah dari penderita penyakit akibat rokok meninggal pada usia pertengahan saat mereka sedang dalam puncak produktivitas.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian mengenai dampak merokok, Framework Convention Tobacco Control (FCTC) mendeklarasikan pada tanggal 31 Mei sebagai No Tobacco Day atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia. FCTC mengindetikkan tembakau dengan merokok dan menyatakan bahwa tembakau adalah zat adiktif berbahaya bagi kesehatan.

Sedangkan WHO pada tahun 2004, mencanangkan tema; “Rokok adalah Kemiskinan” untuk kampanye antitembakaunya. Dapat disimpulkan bahwa mengisap rokok mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan, yang selanjutnya berdampak pada penurunan produktivitas kerja dan usia harapan hidup.

Masalahnya adalah, dampak negatif itu baru akan dirasakan di kemudian hari. Diperlukan jangka waktu yang lama antara aktivitas merokok dengan kemunculan dampak yang dapat dirasakan dan teramati secara klinis.

Oleh sebab itu, diperlukan gebrakan untuk menyadarkan para perokok bahwa kenikmatan yang diperoleh dari rokok, ternyata tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh asap rokok di kemudian hari. Saat produktivitas masih dibutuhkan, namun kondisi fisik seseorang sudah mulai menurun dan akhirnya mati. Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Sumber