JAKARTA
- Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, menilai iklan rokok berisi pesan yang mampu menyesatkan masyarakat, khususnya kalangan remaja. "Iklan-iklan ini mampu menciptakan kesan bahwa merokok itu gagah, jantan, fantastik, dan sebagainya. Remaja yang menonton jadi tergoda, ingin mencoba rokok," ujarnya di Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2016.

Menurut Faisal, meningkatnya jumlah perokok di Indonesia pada usia remaja disebabkan gencarnya iklan rokok yang mengandung pesan manipulatif di media massa. Meskipun Kementerian Perindustrian menyatakan produksi rokok menurun, jumlah konsumen rokok di kalangan remaja justru meningkat.

"Saya juga heran kenapa perusahaan rokok begitu mudah memasang iklan di media masa, hampir tidak kenal waktu di televisi," tuturnya. Sebanyak 74 persen pria di Indonesia telah menjadi perokok dan Indonesia menjadi negara yang memiliki jumlah perokok pria terbanyak di dunia.

Staf Ahli Kependudukan Kementerian Koordinator Pembangun Manusia dan Kebudayaan Sonny Harry B. Harmadi mengatakan konsumsi rokok di seluruh dunia dalam satu hari termasuk sebagai pemborosan yang sangat tinggi. Dalam sebuah diskusi di Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta, Selasa ini, dia memaparkan bahwa dalam satu tahun diproduksi sekitar 360 miliar batang rokok di seluruh dunia.

"Rata-rata sehari satu miliar (batang), kalau sebatang harganya Rp 1.000, ya, berarti pengeluaran untuk rokok di seluruh dunia mencapai Rp 1 triliun per hari," ujarnya.

Sumber