USA - Untuk siswa setingkat SMP dan SMA, iklan e-rokok ternyata sangat berbahaya. Menurut sebuah penelitian bernama Vital Signs dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), iklan e-rokok membuat hampir 7 dari 10 siswa terpengaruh hingga akhirnya memilih untuk menggunakannya.

"Bukan kebetulan. Ini karena iklan. Ketika anak-anak melihat iklan di internet, TV, majalah dan di toko-toko, mereka lebih mungkin untuk menggunakan e- rokok. Itulah masalahnya,” kata Direktur CDC, Dr. Tom Frieden.

Menurut pejabat kesehatan federal, biaya iklan e-rokok telah meningkat dari $ 6.400.000 pada 2011 menjadi $ 115.000.000 pada tahun 2014. Selama periode waktu yang sama, penggunaan e-rokok juga meningkat 0,6 menjadi 3,9 persen di kalangan siswa SMP dan dari 1,5 sampai 13,4 persen di kalangan siswa SMA.

E-rokok telah menjadi produk tembakau paling umum digunakan di kalangan pemuda. Sementara itu, dilaporkan dari Fox News, Selasa (5/1), penggunaan rokok konvensional kini mengalami penurunan.

"Orang-orang perlu memahami bahwa e-rokok adalah produk tembakau. Tetap mengandung nikotin dan adiktif. E-rokok mengakibatkan perubahan dalam otak remaja dan meningkatkan kemungkinan seorang anak akan merokok konvensional dan harus berurusan dengan semua penyakit yang disebabkan rokok dan biaya yang besar untuk membelinya seumur hidup," kata Frieden.

Pelaku kesehatan menilai e-rokok sebagai pintu gerbang atau potensi untuk seseorang menggunakan rokok konvensional. Namun, banyak pendukung e-rokok menganggap rokok elektronik justru bisa menjadi pintu keluar bagi perokok yang ingin berhenti.

"Sementara eksperimen yang dilakukan oleh Vaping menyatakan, penggunaan e-rokok pada remaja telah meningkat selama lima tahun terakhir, periode selama merokok saat remaja belum pernah terlihat mengalami penurunan dramatis di Amerika," kata Gregory Conley, presiden American Vaping Association, sebuah organisasi advokasi yang menerima dana dari industri e-rokok.

"Ini tidak logis. Bagaimana mungkin e-rokok menjadi penyebab pemuda menjadi perokok konvensional,” tambah Conley.

Menurut data dari Vaping, tarif merokok di kalangan pelajar sekolah menengah turun dari 4,3 persen pada 2011 menjadi 2,5 persen pada 2014. Selama periode yang sama, tingkat merokok di kalangan siswa SMA menurun dari 15,8 persen menjadi 9,2 persen.

Para pelaku kesehatan, masyarakat, industri tembakau dan konsumen e-rokok masih terus memperdebatkan apakah perangkat membantu dalam pengurangan merokok konvensional, atau hanya memberikan nikotin adiktif.

Sumber