Medan -
Aktivis perempuan dan anak, Arist Merdeka Sirait, menyatakan Indonesia sudah darurat rokok. Berdasarkan data, per harinya di Indonesia ada 1.172 jiwa yang meninggal akibat rokok.

Bahkan menurutnya pada abad ke-20, rokok telah membunuh 100 juta jiwa di seluruh dunia. Diprediksi pada abad ke-21, rokok telah menelan miliaran jiwa.

Hal inilah yang dikatakan Arist dalam Seminar Nasional Menyelamatkan Generasi Muda dari Bahaya Rokok di Medan, Kamis (28/7). Seminar itu digelar dalam rangka memperingati hari anak nasional.

Hadir dalam acara itu Wakil Walikota Medan, Akhyar Nasution, Dewan Penasihat Komisi Nasional Penanggulangan Tembakau, Kartono Muhammad, Anggota DPRD Medan, Iswanda Ramli dan Direktur RS Columbia Asia Medan, Prof. dr. Sutomo Kasiman.

Arist melanjutkan, ada 24,5% remaja laki-laki yang menjadi perokok di Indonesia. Rata-rata usia mereka 13 sampai 15 tahun. Sementara remaja wanita yang menjadi perokok sekitar 2,3% dari jumlah penduduk Indonesia.

"Itu artinya, ke depan yang menjadi sasaran perusahaan rokok adalah generasi muda kita. Bayangkan, 2045 atau 100 tahun usia kemerdekaan Indonesia, mereka yang kita harapkan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa telah rusak lebih dahulu dibuat rokok," kata Arist.

Untuk itu, Arist meminta agar pemerintah menjauhkan anak-anak dari bahaya rokok. Hal ini bisa dimulai dari melarang penjualan rokok di sekolah, pelarangan iklan rokok, promosi rokok dan menjauhkan anak dari asap rokok terutama di lingkungan rumah.

"Kawasan Tanpa Rokok (KTR) itu juga harus 100% bersih dari asap rokok. Kemudian upaya yang harus dilakukan adalah meratifikasi konvensi internasional pengendalian tembakau. Mempersempit ruang rokok bagi anak dan akhiri darurat rokok terhadap anak," pinta Arist.

Sumber