Perusahaan rokok terbesar dunia Philip Morris International Inc menjalankan "perang rahasia" terhadap aktivis antitembakau. Dalam investigasi yang dilakukan Reuters, terbongkar dokumen internal Philip Morris yang menunjukkan lobi-lobi rahasia perusahaan dalam melemahkan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) atau pakta antitembakau yang diusung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam dokumen internal yang berjumlah ribuan halaman juga disebutkan rencana Philip Morris untuk membentuk tim global untuk mengawasi para pendukung pengendalian tembakau.
Produsen rokok Marlboro ini membantah bahwa lobi yang dilakukan para eksekutifnya dengan para pejabat pemerintahan sebagai hal yang tidak etis.
"Sebagai perusahaan dalam industri yang diregulasi secara ketat, berkomunikasi dengan pemerintahan adalah bagian dari pekerjaan kami. Investigasi Reuters yang menguak surat elektronik internal kami tentang diskusi kami dengan pejabat tidak serta-merta membuat interaksi tersebut sebagai hal yang tidak pantas," kata Tony Snyder, juru bicara Philip Morris International.
Pada November lalu, WHO mengadakan pertemuan dwitahunan yang membahas regulasi tembakau di New Delhi, India. Para perusahaan tembakau tidak diundang tetapi eksekutif Philip Morris menjalankan operasi rahasia di sebuah hotel dekat tempat konferensi berlangsung. Secara diam-diam, Philip Morris melakukan pertemuan dengan delegasi dari Vietnam dan negara-negara lain.
Sejak FCTC dicetuskan pada tahun 2005, hampir seluruh negara di dunia telah menandatangani FCTC. FCTC juga telah menyelamatkan jutaan nyawa dengan mendesak pemerintah menaikkan cukai produk tembakau, membuat regulasi larangan merokok di tempat umum dan membuat perusahaan rokok menaruh peringatan kesehatan grafis di produk mereka. Menurut penelitian Georgetown University Medical Center, FCTC telah menyelamatkan 22 juta nyawa.
Akan tetapi, bagi Philip Morris, FCTC adalah "kereta lepas kendali" yang digerakkan oleh "ekstremis antitembakau". Demikian terungkap dalam salah satu dokumen presentasi perusahaan.
Salah satu cara Philip Morris melemahkan FCTC adalah dengan mendorong lebih banyak delegasi antitembakau yang berasal dari kalangan bukan dari lembaga kesehatan untuk masuk ke dalam delegasi yang membahas FCTC.
Tampaknya Philip Morris berhasil. Delegasi dari nonlembaga kesehatan meningkat dari puluhan menjadi lebih dari 100 orang dalam beberapa tahun terakhir. Mereka berasal dari kementerian keuangan atau kementerian pertanian yang berpotensi mengutamakan pendapatan di atas isu kesehatan.
Dalam dokumen internal, terungkap juga perusahaan memberikan ucapan selamat kepada para eksekutif atas "jasa" mereka melemahkan regulasi antitembakau pascakonferensi FCTC di Moskow tahun 2014 lalu.
Sumber: Reuters