Sawahlunto - Lirik lagu Yamko Rambe Yamko, yang mengalun diiringi alat musik kesenian tradisional talempong, seolah menyatukan Yohana Susana Yembise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan Kota Sawahlunto.

Yohana Yembise bersama Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf tampak bersemangat menggoyangkan badan mengikuti irama lagu, yang syairnya berisi kesedihan akibat peperangan, dalam perlawanan bangsa Indonesia terhadap para penjajah.

Kehadirannya ke Sawahlunto sejak Rabu (19/4) malam, tidak lain, dalam memperingati Hari Kartini tingkat Sumatera Barat, yang dipusatkan di Kota Wisata Tambang Berbudaya, Jumat (21/4). “Masa depan bangsa Indonesia, berada di tangan setiap keluarga yang ada di Indonesia saat ini,” yakin mantan Rektor Universitas Cendrawasih itu, ketika meninjau Puskesmas Ramah Anak, Puskesmas Silungkang.

Jika keluarga di Indonesia saat ini baik,  lanjut wanita kelahiran Manokwari, Papua, 1 Oktober 1958 silam itu, maka masa depan Indonesia juga akan baik. Keluarga menjadi kunci utama dalam penentuan masa depan bangsa.

Yohana yang datang bersama rombongan dan didampingi salah seorang anaknya, berpesan, kepada setiap keluarga di Kota Sawahlunto untuk menjaga anak, khususnya mereka yang berusia nol hingga 18 tahun.

Istri dari Leo Danuwira, yang dikarunia tiga anak itu, sangat mengapresiasi beberapa inovasi yang dilakukan Pemerintah Sawahlunto, dalam memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak.

Mulai dari keberadaan Pusat Pelayanan Keluarga (Puspaga) di Kecamatan Barangin, yang memberikan konseling dan informasi terhadap setiap keluarga, yang menjadi bagian penting dalam upaya pemenuhan terhadap hak-hak anak.

Yang tidak kalah hebatnya, lanjut Yohana Yembise, Sawahlunto juga melakukan inovasi dan kreasi terhadap perlindungan anak, berupa pemberian tanda di setiap rumah yang memiliki anak, di usia nol hingga 18 tahun.

Tanda yang diberikan berupa pemasangan lampion, payung kertas, wayang dan layang-layang maco di depan rumah bagi punya anak. Tanda itu, menyebar di setiap rumah, di empat kecamatan di Sawahlunto.“Dengan tanda itu, menandakan kalau di rumah tangga yang memiliki tanda sesuai ciri khas setiap kecamatan itu ada anak. Ini suatu inovasi yang belum dimiliki kabupaten dan kota lain,” ujar Menteri Yohana.

Yohana Yembise meminta Walikota mengejar peringkat Kota Layak Anak Utama dengan menyediakan tempat bermain anak di alam luas. Dimana anak beserta keluarga menikmati hiburan bersama.

Hebatnya lagi, semenjak Yohana Yembise menginjakan kaki di kota tambang batu bara tertua di Indonesia itu, tidak ditemukan satupun iklan rokok, baik di warung maupun tempat umum lainnya.

Bagi guru besar perempuan pertama di Papua itu, tidak adanya satupun iklan rokok di Kota Sawahlunto, merupakan langkah besar yang dilakukan Walikota Sawahlunto, dalam mempersiapkan generasi terbaik di masa depan.

Tidak hanya sampai di sana, Yohana Yembise juga angkat jempol, ternyata kota seluas 279,5 kilometer persegi itu juga memiliki cara khusus, dalam memberdayakan kaum perempuannya.

“Saya sangat berharap, Kampung Perempuan Produktif Desa Pasar Kubang ini, menjadi percontohan. Tidak hanya di tingkat lokal. Namun juga nasional, sebab di sini akan lahir perempuan yang inovatif dengan usaha untuk menambah pendapatan rumah tangga.

Walikota Sawahlunto Ali Yusuf, yang hadir bersama seluruh jajaran, mengatakan Kampung Produktif Perempuan Pasar Kubang, telah menunjukan dengan usaha tenun songket dan kerupuk singkong, telah memberikan kontribusi dalam mengangkat ekonomi keluarga.

Sumber: Harian Haluan