Kelompok independen The Elders menemukan salah satu hal yang menjadi momok kesehatan di Indonesia adalah konsumsi rokok yang masih tinggi.

Dalam konferensi pers di Puskesmas Kebon Jeruk pada Rabu, 29 November 2017, seorang perwakilan mengungkapkan hal tersebut telah dibahas dengan Presiden Joko Widodo pada pertemuan pagi tadi.

"Kami menyarankan agar Indonesia melakukan pengendalian rokok dengan lebih aktif, termasuk menjajaki kemungkinan sumber daya untuk mendukung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," ujar Gro Harlem Bruntland selaku Deputy Chair The Elders.

Menurutnya, ada beberapa aturan di Indonesia yang tak cocok dengan harapan untuk menurunkan konsumsi rokok di masyarakat.

"Perusahaan rokok masih memberi pengaruh besar pada negara ini, iklan rokok masih banyak, dan pajak rokok masih rendah," paparnya secara singkat dan jelas.

Menurutnya, tembakau sebagai bahan dasar rokok, bukanlah produk yang baik bagi kesehatan sehingga seharusnya memiliki pajak yang lebih tinggi dibandingkan barang lain.

Pajak rokok yang tinggi memang sudah dipraktikkan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan membuat terjadinya penurunan pembelian rokok yang signifikan. Iklan tentang rokok pun sudah ditiadakan.

"Pajak yang tinggi membuat perusahaan rokok tak bisa berkembang."

Di satu sisi, mantan Presiden Meksiko Ernesto Zedillo yang juga merupakan perwakilan dari The Elders menyadari kompleksnya peran rokok di Indonesia.

Perubahan aturan tentang rokok tentunya akan memberi dampak sosial, terutama bagi para petani tembakau. Oleh karena itu, Ernesto memberi saran untuk mengganti jenis tanaman ke jenis lain selain tembakau.

"Saya sarankan untuk mengganti tanaman, ini adalah solusi yang cukup adil dan bijaksana," pungkas mantan Presiden Meksiko tersebut.

The Elders merupakan kelompok independen yang didirikan mendiang Nelson Mandela. Kelompok itu terdiri dari para pemimpin global yang bekerja sama mendukung upaya-upaya terkait perdamaian dan hak asasi manusia.

Sumber: metrotvnews.com