Berikut testimoni Asep Ahmad Syaifullah, seorang dokter dan PNS. “Saya ayah dari dua orang putra dan putri, pastinya suami dari seorang istri. Buat saya mengerti sekali bahaya merokok, karena saya seorang praktisi kesehatan. Tetapi lantas saya tidak merokok? Oh, tidak! Saya perokok aktif dan sangat berat. Dalam sehari, saya sanggup menghabiskan lima bungkus rokok putih dengan kualitas menghisap sangat baik."

Ada beberapa alasan kenapa orang merokok, saya lebih suka membaginya dalam dua kelompok; perokok sosialita dan perokok aktif. Kelompok perokok sosialita beranggapan merokok pembuka pergaulan, filosofinya merokok menambah kawan. Bisa saja pada kelompok ini kualitas merokoknya tidak terlalu baik, hanya lebih mengikuti normatif pergaulan. Bagi kelompok perokok aktif, merokok sebuah kebutuhan, sama halnya kita butuh makan dan minum, buat perokok aktif merokok itu, seperti kebutuhan primer yang jika ditinggalkan akan terjadi hilang tatanan hidup, kepercayaan diri berkurang, gelisah dan mengurangi produktivitas karya dan ide. Saya ada pada kelompok perokok ini.

Merokok itu sensasi euforia. Kondisi sulit untuk diingatkan. Karena nikotin yang ditangkap otak menyebabkan sensasi senang dari zat dopamin. Saya sering diingatkan beberapa teman yang tidak merokok untuk berhenti merokok, bahkan perusahaan rokok sendiri pun sudah mengingatkan bahaya rokok pada bungkusnya. Tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk mengikuti saran tersebut. Saya sedang dalam kondisi senang karena pengaruh sensasi dopamin yang menyebabkan terlalu cinta merokok.

Pernah saya dimarahi aktivis pembenci rokok karena saya merokok di lobi hotel, kebetulan bukan smoking area. Apa yang terjadi, saya balik mentertawakan dan berjuang membela hak masing-masing. Merokok itu hak azasi, kalo gak suka cari saja tempat lain. Sebuah pemahaman keliru, merokok itu hak tapi bukan hak azasi, sepatutnya tidak mengganggu hak menghirup udara segar, karena bernapas adalah hak azasi.

Yah, kondisinya memang demikian. Saya dalam kondisi yang tidak bisa diganggu siapa-siapa, karena dalam keadaan senang, maka itu kesenangan pula yang bisa mengingatkan saya. Berhenti merokok itu harus dengan senang hati dan dari hati.

Setelah gagal beberapa kali berhenti merokok, akhirnya saya bisa berhenti juga. Beberapa kali saya mengikuti program hipnotherapi, beberapa kali juga selalu gagal. Upaya lain juga sering gagal. Tetapi sampai pada satu kesimpulan, saya bisa berhenti merokok karena motivasi dan niat kuat.

Buat saya, berhenti merokok itu tidak terlalu sulit, tapi bagaimana berhenti dengan senang dan nyaman, ini yang harus dicari caranya. Cara dan motivasi tiap orang berbeda, maka pilih cara sesuka kita menyenanginya. Jika kita berhenti dengan senang maka kita akan istiqamah.

Setelah mendapat motivasi kuat dan niat mantap, saya hanya butuh dukungan terapis atau aktivis penggiat berhenti merokok. Ini sangat membantu menguatkan niat. Dengan mengunjungi klinik berhenti merokok, saya seperti mendeklarasikan niat baik saya kepada orang lain dan ini harus saya pertanggungjawabkan secara sosial. Lelaki sejati adalah lelaki yang mampu bertanggungjawab secara moral atas komitmennya. Alhamdulillah, saya masih punya rasa malu, malu rasanya jika saya merokok kembali. Kebetulan sang terapis adalah sahabat saya, yaitu mbak Heni dan pimpinan klinik berhenti merokoknya di Puskesmas Kampung Bali, Kota Pontianak yaitu drg Nuzulisa.

Alhamdulillah, sudah dua bulan lebih saya tidak merokok lagi. Ini karena saya berhenti tanpa paksaan. Saya merasa berbeda sekali ketika saya masih merokok. Ada beberapa perubahan yang saya alami setelah berhenti merokok, persis seperti beberapa sumber bacaan yang saya baca. Diantaranya adalah: (1) Tekanan darah menjadi normal setelah setengah jam tidak merokok. (2) Rokok menyebabkan racun CO yang terkumpul di dalam darah. Setelah sembilan jam, tubuh mengalami peningkatan oksigen. Kemudian tingkat penurunan gas beracun ini akan membuat oksigen kembali normal. (3) Resiko serangan jantung menurun dalam waktu 48 jam paska merokok terakhir. Tingkat nikotin juga berkurang dalam darah, sehingga bau badan kembali normal. (4) Setelah 3 Hari Paru-paru dan saluran pernapasa  akan mulai bersantai dan dapat menikmati lebih banyak udara. Berhenti merokok dapat membantu mendistribusikan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh.

(5) Sirkulasi darah akan meningkat dan akan terus berlanjut hanya dalam kurun waktu 10 minggu saja. Hati memompa lebih banyak darah ke organ tubuh lainnya. Pada fase ini rasa bosan mulai terobati dan seseorang dapat menjadi lebih enerjik.

Buat saya berhenti merokok sesimpel kita berniat, lalu lakukan seketika juga, selalu memotivasi diri adalah hal bijaksana, sesungguhnya kita mampu melakukan apa saja asal senang. Komitmen adalah hal yang perlu dipelihara, maka itu utarakan kepada orang-orang terdekat untuk mengingatkan kita kembali pada niat ketika kita lupa. Jangan pernah menasihati orang yang tidak ingin berhenti merokok, karena dinasehati pada saat bersenang-senang adalah hal sangat menyakitkan dan membuat tidak simpatik. Jauh di atas itu semua adalah ada orang-orang yang menyayangi kita sepenuh cinta, menginginkan kita jauh lebih baik, dan keren itu jika tidak merokok.”

Sumber