YOGYAKARTA – Peredaran rokok di Indonesia masih sangat mudah dan murah dibandingkan dengan peredaran rokok di negara lain. Hal ini erat kaitannya dengan industri rokok yang kurang terkontrol dan tidak ada kebijakan ketat terhadap peredaran rokok di Indonesia.
Wakil Direktur MTCC (Muhammadiyah Tobacco Control Center), Dianita Sugiyo SKep Ns MHID mengatakan, kebijakan pemerintah terhadap peredaran rokok di Indonesia masih kurang bila dibandingkan dengan negara lain seperti Brazil dan Filipina.Padahal seperti yang diketahui banyak orang, rokok memiliki dampak sangat negatif bagi para pecandunya pada jangka yang panjang.
“Di Brazil, pemerintahnya mengontrol masalah tobacco industry yang ada di sana sedangkan di Indonesia, tobacco industry merupakan masalah yang serius. Pasalnya, komoditas target industri rokok tersebut adalah anak-anak muda. Contohnya lihat saja pada iklan rokok yang isinya menceritakan tentang anak-anak muda. Mana ada iklan rokok yang menceritakan tentang orang tua,” jelas Dianita dalam pembukaan kegiatan Tobacco Control Champion Training, di Pascasarjana UMY, kemarin.
Pasarkan Produk
Menurutnya alasan industri rokok menyasar kalangan muda dalam target pasarnya karena usia produktif pemuda relatif panjang dibandingkan dengan generasi tua. Contohnya apabila rata-rata usia hidup manusia mencapai usia 70 tahun, bila pemasar rokok menjajakan rokok pada pemuda usia 20 tahun, akan ada 50 tahun lagi kesempatan industri rokok untuk terus memasarkan rokok pada pemuda generasi itu.
”Dengan demikian pelaku industri rokok akan dapat terus menerus memasarkan rokoknya. Apalagi pada tahun 2020 mendatang, jumlah pemuda di Indonesia diperkirakan mencapai 70% dari total seluruh jumlah masyarakat Indonesia. Dengan begitu, pelaku industri rokok akan merasa bisa mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan,” tandasnya.
Ia menyontohkan lagi di Filipina, pemerintah memiliki kebijakan dalam pemberlakuan biaya cukai yang besar pada produk rokok. Biaya cukai yang besar tersebut kemudian dialokasikan pada biaya kesehatan untuk masyarakat Filipina. Dengan begitu, harga rokok akan semakin mahal. Harapannya, konsumsi masyarakat Filipina terhadap rokok dapat semakin menurun.
”Meskipun tidak menurun drastis, industri rokok tetap dapat menyumbang uang kepada pemerintah yang akan dialokasikan pada dana kesehatan untuk masyarakat,” ujar Dianita.
Sumber: Suara Merdeka