Pulang malam melintasi jembatan layang seperti di fly over Pegambiran ataupun fly over Gebang terasa seperti di kota besar. Terang benderang oleh lampu sepanjang jalan mulai dari tanjakan sampai turun kembali. Diperhatikan lampu-lampu yang menerangi sepanjang jalan ini bila diperhatikan semuanya merupakan produk iklan. Bila diperhatikan lebih lanjut ternyata iklan yang muncul mendominasi adalah iklan rokok. Seperti tidak ada iklan produk lain selain rokok.

Lihatlah salah satu artis yang juga berasal dari Cirebon, Charly Van Houten, yang wajahnya terpampang di salah satu iklan rokok tertentu. Belum lagi iklan-iklan rokok lainnya yang memperlihatkan ketampanan, kejantanan, kekuatan dari orang yang merokok.

Sepintas tidak mengundang masalah dengan iklan-iklan rokok mendominiasi sepanjang fly over. Pengguna jalan sangat diuntungkan dengan kondisi jalanan  yang terang benderang. Namun bila diperhatikan lebih lanjut iklan seperti ini sedikit banyak mengundang kontroversi. Di satu pihak pemerintah sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan suatu peringatan Hari Antitembakau Internasional yang jatuh pada tanggal 31 Mei, namun di lain pihak produsen rokok tak pernah kalah dalam  mempropagandakan produk rokoknya.

Salah satu produsen rokok berkilah dengan banyaknya anjuran antirokok dengan slogannya  “Mati Satu Tumbuh Seribu”. Artinya kalau ada satu orang yang berhenti merokok, maka di belakang masih ada 1.000 orang calon perokok. Gila-gilaan memang. Namun seperti itulah yang dilakukan oleh produsen rokok agar produksinya  tidak pernah berhenti.

Rasa-rasanya sudah sepakat semua orang yang dimintai pendapatnya tentang rokok mengatakan kalau rokok itu berbahaya dan merusak tubuh. Perokok aktif sendiri, yaitu mereka yang sengaja menghirup rokok, mengakui kalau rokok berbahaya. Namun tetap saja apa yang digembar-gemborkan oleh semua pihak termasuk dalam bungkus rokok itu sendiri sudah ada tulisan yang mengatakan kalau rokok itu “membunuhmu” namun perokok aktif tetap saja dengan kebiasaan lamanya, seakan tulisan atau peringatan pemerintah hanya sebuah imbauan yang boleh tidak dipatuhi.

Pada satu batang rokok kurang lebih mengandung 7.000 zat yang berbahaya dan 200 di antaranya berdampak memberi  kurusakan pada sel dalam tubuh. Maka tidak heran jika hal ini dapat memicu penyakit kanker yang beragam seperti kanker paru-paru, emfisema, kanker mulut, pankreas, kandung kemih dan juga rahim. Itu sebagian kecil fakta bahwa rokok berdampak sangat fatal bagi kesehatan. Selain itu bahaya terbesar rokok adalah berasal dari asap rokok yang tidak dihisap karena tidak terjadi pembakaran tembakau yang sempurna kemudian menimbulkan zat-zat yang ternyata lebih berbahaya.

Perokok Pasif Lebih Menderita

Orang yang tidak merokok atau perokok pasif adalah orang yang jauh lebih menderita diakibatkan oleh mereka yang sengaja merokok (perokok aktif). Hal ini disebabkan karena perokok pasif mendapatkan asap rokok dan menghirupnya tanpa ada filter yang menyaring asap rokok tersebut. Berbeda dengan perokok aktif yang pada rokoknya terdapat filter untuk menyaring asap rokok tersebut.

Akan tetapi perokok aktif pun secara tidak langsung menjadi perokok pasif juga karena mereka dengan mengepulkan asap rokok mereka pun bernafas  mengambil kepulan asap rokok itu kembali. Kejadian ini membuat perokok pasif ter-dzolimi oleh mereka yang sengaja merokok demi kesenangan sendiri, sementara penyakitnya disebarkan pada orang-orang yang tidak merokok.

Di Indonesia orang dengan mudahnya membeli rokok. Bahkan di warung-warung kecil orang bisa membeli rokok hanya cukup satu batang. Hanya dengan uang Rp 2000 orang bisa merokok. Banyaknya penjual rokok sepertinya sulit untuk memberantas apalagi menghilangkan budaya kebiasaan merokok. Mata rantai dari produsen sampai ke konsumen sudah sedemikian rupa membentuk sel-sel yang paling kecil di masyarakat yaitu warung-warung kecil.

Rata-rata seorang perokok bisa menghabiskan Rp 300-500 ribu setiap bulannya hanya untuk membeli rokok. Dengan semakin membumbungnya harga rokok setiap hari, tentu ini akan berbahaya bagi keuangan. Tapi bagi yang sudah kecanduan berapapun mahalnya harga sebatang rokok akan tetap dibeli. Sudah beberapa kali pemerintah menaikkan harga cukai rokok yang berakibat naiknya harga rokok, namun mereka yang sudah kecanduan rokok tetap saja akan berusaha membelinya.

Penulis pernah berbincang dengan orang yang sudah kecandungan dengan rokok. Kebetulan yang bersangkutan masih ngontrak rumahnya. Penulis mencoba memancing arah pembicaraan agar yang bersangkutan dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Diibaratkan kalau satu batang rokok harganya Rp 2000 dan harga ini sama dengan harga sebuah batu bata merah, maka setidaknya  kalau sebulannya menghabiskan Rp 500.000 untuk rokok itu artinya sudah bisa membeli 2.500 bata merah. Dalam setahun  sudah bisa 30.000 bata merah terbeli. Jumlah 30.000 bata merah sudah bisa membangun rumah yang cukup besar. Rumah tipe 36 saja hanya membutuhkan 8.000 bata merah. Ini sudah lebih besar dari rumah yang diperkirakan.

Gambaran yang sederhana seperti ini saja tak akan bisa diterima oleh mereka yang sudah kecanduan rokok. Dijawabnya dengan enteng: Kalau ada rejeki rumah juga akan bisa terbeli. Merokok ya tetap merokok urusan rumah lain  lagi! Rejekinya memang untuk pengusaha rokok dan karyawannya, katanya dengan enteng.

Lebih prihatin lagi ketika melihat perokok pemula yang kebanyakan  anak-anak. Dilihat mereka masih mengenakan pakaian seragam sekolah. Bergerombol sembunyi-sembunyi merokok bersama teman-temannya. Tampak gagah menurut pandangan sendiri saja tanpa menghiraukan keadaan di sekelilingnya. Hanya kepuasaan sesaat demi  persahabatan dan kekompakan. Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional.

Penulis pernah melihat tayangan TV swasta yang menayangkan kisah seekor orang utan yang kecanduan rokok. Orang utan ini berada di kebun binatang. Kecanduan orang utan akan rokok bermula dari kebiasaan pengunjung yang suka melemparkan puntung rokok ke kandang orang utan. Melihat kebiasaan pengunjung yang merokok inilah yang rupanya ditiru oleh orang utan. Puntung rokok ini rupanya dicoba dihirup oleh orang utan. Untuk menghentikan kebiasaan merokok orang utan ini sampai-sampai orang utan ini harus direhabilitasi. Kasus orang utan yang merokok ini ditayangkan ke seluruh dunia. Kebiasaan merokok ternyata tidak hanya oleh manusia namun orang utanpun  ikut merokok.

Bagi anak-anak yang merokok berbagai penyakit akan menghampiri seperti asma, infeksi paru-paru, peningkatan resiko berkembangnya  tuberkolosis jika terpapar carrier, alergi, terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena terganggunya sistem syaraf, peningkatan kerusakan gigi, memperbesar peluang penyakit bronchitis, memperbesar resiko kematian dan kurusakan organ tubuh dan masih banyak penyakit lainnya akibat rokok.

Berikut ini tips mengurangi resiko menjadi perokok pasif: 1. Mengusahakan lingkungan rumah yang bebas dari asap rokok 2. Memastikan bahwa tamu tidak merokok di rumah 3. Menyediakan ruangan khusus untuk merokok 4. Menjaga jarak dengan  perokok aktif 5. Memastikan seseorang untuk tidak merokok di dalam mobil kita.

Memperingati Hari Antitembakau Internasional di tahun 2016 marilah kita berperilaku hidup sehat. Jauhi kita dan orang-orang di sekitar kita dari bahaya rokok. Cukuplah sudah kasus-kasus orang yang meninggal akibat penyakit dikarenakan rokok. Stop dari sekarang kebiasaan merokok!

Sumber