Jakarta -
Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengatakan, rokok membawa dampak buruk bagi kesehatan. Banyak penyakit tidak menular yang dipicu karena paparan asap rokok, salah satunya adalah kelainan bawaan pada bayi baru lahir.

Dijelaskan Menkes, organ janin mulai terbentuk pada usia tiga bulan pertama kehamilan. Setelah terbentuk sempurna, bayi akan berkembang hingga mencapai berat badan yang cukup sempurna untuk lahir. Apabila pada masa ini ibu hamil merokok atau terpapar asap rokok secara terus menerus akan merusak pembentukan organ janin, karena kekurangan oksigen.

“Kalau janin tidak mendapatkan oksigenasi dengan baik, maka tentu pertumbuhannya terganggu, dan bahkan akan cacat sampai lahir,” kata Menkes di sela-sela puncak peringatan Hari Kelainan Bawaan Sedunia 2017 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (21/3).

Lanjut Menkes, banyak jenis kelainan bawaan yang ditimbulkan akibat rokok tergantung proses pembentukannya, seperti berat badan bayi baru lahir rendah, batok kepala tidak terbentuk sempurna, dan lain-lain. Berat badan normal bayi baru lahir harusnya 2500-3000 kg atau sekitar 3 kg. Tapi, bayi dengan berat badan rendah di bawah angka normal, dan untuk merawatnya agar tumbuh berkembang dengan baik sampai besar akan sangat sulit.

“Ini terjadi pada ibu-ibu yang tidak berperilaku dengan baik saat hamil. Tidak hanya merokok, tapi juga pola makan tidak diatur,” kata Menkes.

Ahli gizi dr Tan Shot Yen menambahkan, rokok mengandung sekitar 4.000 racun dan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayi. Ibu hamil yang merokok maupun menghirup asap rokok dari suami atau lingkungannya akan terpapar nikotin rokok yang akan meracuni bayi melalui darah.

“Bayangkan kalau 4000 racun ini terpapar ke ibu yang sedang hamil,” katanya.

Selain itu, zat beracun seperti Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan ketika proses merokok juga membahayakan kesehatan bayi. Hemoglobin di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh lebih mudah mengikat CO. Ketika sudah terikat dengan CO, hemoglobin tidak lagi mengangkut oksigen. Akibatnya janin dalam kandungan kekurangan oksigen.

“Kalau CO juga ikut masuk dan beredar di dalam darah, maka akhirnya terjadi kecacatan kehamilan. Anak lahir dengan berat badan rendah atau cacat,” kata Tan.

Berat badan bayi baru lahir rendah menyebabkan kelainan permanen yang dibawa anak hingga besar. Misalnya anemia sejak kecil. Didukung dengan rendahnya kemampuan keluarga memenuhi gizi lengkap bagi anak menyebabkan tingkat kecerdasan anak ikut terganggu.

Anak-anak yang lahir dan besar di tengah kepungan asap rokok juga mengalami gangguan hormon reproduksi, berisiko kanker leukimia (kanker darah), kanker paru, dan tumbuh kembang otak terhambat. Lebih parah, anak meniru kebiasaan merokok dari bapaknya sejak kecil.

Menurut Tan, tembakau masih sangat bermanfaat tanpa harus jadi rokok. Tembakau bisa dibuat menjadi pestisida organik.

“Saya heran kok malah Indonesi buat pabrik rokok untuk matiin rakyat sendiri,” kata Tan.

Sebagaimana diketahui tiap tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hari Kelainan Bawaan Sedunia. Puncak peringatannya baru digelar hari ini. Peringatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia tentang penyakit kelainan bawaan.

Kelainan bawaan merupakan masalah global. Di dunia, diperkirakan 6 persen dari total kelahiran (7,9 juta anak) lahir dengan kelainan bawaan dan sekurangnya 3,3 juta anak diantaranya meninggal dibawah usia 5 tahun. Sedangkan 3,2 juta bayi yang selamat memiliki kelainan sepanjang usianya.

Di Indonesia, kelainan bawaan merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir dan Balita. Data Riskesdas menunjukkan, kelainan bawaan berkontribusi sebesar 1,4 persen terhadap kematian bayi 0-6 hari dan sebesar 18,1 persen terhadap kematian bayi 7-28 hari. Kelainan bawaan berkontribusi sebesar 5,7 persen bagi kematian bayi dan 4,9 persen bagi kematian balita.

Sumber: Berita Satu