GRESIK
- Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), yang juga Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Lampung (UNILA), Prof Dr Bustanul Arifin mengatakan Indonesia sampai saat ini masih terfokus pada padi, jagung, dan kedelai, atau lebih dikenal dengan pajale.

Padahal, tantangan pangan di masa mendatang tidak hanya pada aspek fisik saja, atau supply and demand, tapi juga volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA).

"Itulah yang menjadi gambaran situasi bisnis saat ini. Selain, pola konsumsi pangan yang turut berubah. Tantangan lainnya adalah rendahnya kualitas, dan status gizi. Terakhir adalah masalah rantai nilai pangan," katanya di sela-sela seminar bertajuk Menggagas Ketahanan Pangan dalam Era Globalisasi di Wisma Kebomas, PT Petrokimia Gresik (PG), Senin (17/10/2016).

Dari sejumlah tantangan itu lanjut Bustanul Arifin, dirinya menitikberatkan pada perubahan pola konsumsi, serta rendahnya kualitas dan status gizi balita.

Menurut penulis 39 buku itu, pola konsumsi mulai berubah, ini terjadi secara global. "Survei di Cina, saat ini anak-anak banyak diberikan makanan siap saji, termasuk juga snack," tuturnya. Sedangkan, pemenuhan konsumsi pangan lain terutama protein dan vitamin di Indonesia kata dia, masih sangat rendah. Lebih rendah dibandingkan konsumsi pulsa dan rokok.

Dampak dari dua tantangan itu adalah rendahnya tingkat gizi balita. Jumlah balita kurang gizi di Indonesia masih 20 persen. Hal ini akan berimbas pada daya saing bangsa. "Ketahanan pangan bukan hanya urusan supply dan demand saja, tapi juga urusan gizi balita. Jangan memperhatikan fisik, tapi juga kualitas. Harus dipaksa ada indikator baru dalam ketahanan pangan, tidak hanya berapa produksi beras, tapi juga kualitas, ketersedian protein dan lainnya," ungkapnya.

Direktur Pemasaran (Dirsar), PT Petrokimia Gresik, Meinu Sadariyo menuturkan, seminar ini diadakan untuk memberikan penyegaran, motivasi, serta stimulasi ide ketahanan pangan pada jajaran manajemen PG. Ketahanan pangan menjadi isu strategis di era globalisasi. Perusahaan harus bisa menyesuaikan diri dengan pola perubahan saat ini.

"Gagasan perlu dirumuskan agar ketahanan pangan bisa tercapai. Untuk itu di hari pangan dunia 16 Oktober 2016, PG memiliki peran dalam mewujudkan ketahanan pangan," ujarnya.

Sumber: Berita Jatim