JAKARTA - Asumsi perokok sudah mengetahui risiko bahaya rokok untuk kesehatan dirinya terbukti tidak benar. Hasil studi terbaru dari Amerika Serikat menyebut sebagian besar perokok tidak mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada pada produk rokok dan tembakau.
Dr Kurt M. Ribisl dari Lineberger Comprehensive Cancer Center, University of North Carolina, melakukan penelitian kepada lebih dari 5.000 partisipan asal Amerika Serikat. Sekitar 25 persen partisipan merokok dan sebagian besar merokok setiap hari.
Dr Kurt mengatakan dari 7.000 zat dan senyawa yang ada pada rokok, 93 di antaranya tergolong sangat beracun. Untuk penelitian ini, Dr Kurt dan rekan-rekannya mengelompokkan 24 zat beracun yang ada dalam rokok ke dalam 6 kelompok. Partisipan diminta untuk menjawab apakah mereka mengetahui fungsi zat tersebut dan efeknya bagi tubuh.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal BMC Public Health tersebut menyebut hanya 8 persen partisipan yang mampu menyebutkan fungsi dan bahaya zat beracun pada rokok. 92 Persen lainnya mengaku tidak tahu, dan 25 persen dari mereka mengaku mencari tahu lebih lanjut soal informasi zat yang terkandung dalam rokok, namun tidak menemukannya.
"Sangat mengejutkan sebenarnya ketika kita disajikan fakta bahwa tidak banyak perokok tahu zat-zat berbahaya apa saja yang mereka isap. Meski begitu, mereka memiliki rasa ingin tahu dan kebutuhan informasi yang besar untuk hal tersebut," ungkap Dr Kurt, dikutip dari Reuters.
Lebih dari setengah partisipan mengatakan seharusnya bungkus rokok memberikan informasi yang lebih banyak soal zat-zat yang terkandung dalam produk mereka. Misalnya dengan menuliskan bahwa rokok ini mengandung arsenik yang bisa merusak jantung dan formaldehyde yang dapat meningkatkan risiko kanker tenggorokan.
Hal tersebut diamini oleh Dr Reinskje Talhout dari National Institute for Public Health and the Environment, Center for Health Protection, Belanda. Menurut Dr Talhout, banyak perokok yang sebenarnya mencari informasi soal kandungan zat berbahaya pada rokok, namun informasi yang diberikan oleh perusahaan rokok sangat minim.
"Para perokok memiliki rasa ingin tahu, hanya saja mereka kesulitan menemukannya. Apalagi zat-zat tersebut tidak dituliskan dalam bungkus rokok," ungkapnya.